Saturday, 26 September 2009

Happy ied mubarak 1430 H

Idul fitri is the only one moment that I always wait to celebrate with my family in every year..
Idul fitri is the greatest day to gather with all my family members..
Idul fitri is the best moment to forgive and being forgiven..
Idul fitri is the greatest time to refresh our mind and heart from wickness..
Idul fitri is the most beautiful moment to go back and start living from zero..
Idul fitri is the most beautiful moment to end our fasting in Ramadhan..
really, lebaran is the most beautiful moment indeed..

well, i know it's too late to say.. Before we're going back to our routines on Monday, let me say:

"HAPPY IED MUBARAK 1430 H. I wish we had a wonderful time in ied's day this year. I wish we had a very great time to celebrate this special day with all of our family members in everywhere. I wish our fasting, our prayer, and our wishes (during Ramadhan) could be received by Allah SWT, amien ya Allah. Thanks for making a very beautiful moment in our life, ya Allah.."

-ayu&family-

Saturday, 12 September 2009

Dua Puluh Dua

Halo semuanya! It's been a long time i've never updated my own blog, it's been almost 2months actually! tapi, ya udahlah terlalu banyak peristiwa yang terjadi dalam kehidupan saya hingga kemudian saya tidak terpikir (baca: malas) untuk menguraikannya di jurnal harian maya ini. Mulai dari peristiwa meninggalnya mbah surip, bom di jakarta, penggerebekkan teroris, gempa bumi, hasil keputusan KPU, tujuh belasan, dan bahkan film-film yang (sesungguhnya) harus di-review oleh saya. Salah satu peristiwa yang telah terlewatkan untuk diulas kembali adalah ulang tahun saya yang sudah sangat cukup berumur bagi seorang perempuan yang akan menjadi wanita.

Dua puluh dua.

Tiga tahun lagi (insya Allah) akan menjadi dua puluh lima.

Awal mulanya saya agak sedikit berat dengan memasuki umur dua puluh dua. Lantaran, dua puluh dua bukan angka nominal yang kecil lagi. Melainkan angka yang sudah termasuk kategori tingkat dua puluhan.

Risau. Takut. Gelisah. Tiga kata yang barusan saya ketik sangat pas untuk menggambarkan perasaan ketika saya sadar telah berumur dua puluh dua tahun.

Saya risau karena saya masih belum bisa membahagiakan kedua orang tua secara lahiriah, batiniah, dan (tentunya finansial). Klise, memang. Saya tahu semua orang pasti ingin sekali membahagiakan kedua orang tuanya. Tapi, saya merasa sedih. Sangat sedih. Sangat berat. Terlebih dengan latar belakang kedua orang tua saya. Saya merasa malu. Malu sekali di hadapan orang tua saya. Apalah artinya saya di hadapan ibu dan ayah. Saya merasa kecil dan tidak berarti bagi mereka.

Ibu dan ayah adalah sosok yang terlalu hebat bagi saya. Terlalu banyak orang yang membanggakan betapa hebatnya ibu dan ayah. Terlalu banyak orang yang mengagumi ibu dan ayah. Terlalu banyak orang yang mengakui kesempurnaan antara keduanya. Terlalu banyak orang yang mengangkat topi mereka untuk kedua orang tua saya.

Bukannya saya sombong. Saya tidak bermaksud untuk menyombongkan diri sendiri. Saya tidak bermaksud untuk membusungkan dada. Sama sekali tidak ada maksud. Sejujurnya, saya justru sangat keberatan. Anda boleh mengira bahwa saya sangat tidak bersyukur kepada Allah. Tapi, maaf perkiraan anda salah besar. Saya selalu mengucapkan syukur kepada-Nya atas apa karunia Allah kepada kehidupan saya.

Saya hanya merasa kerdil. Saya bahkan tidak tahu apa yang bisa dibanggakan dari saya. Anda boleh bilang bahwa saya tidak percaya diri. Maaf, tapi anda salah. Saya pun masih percaya diri dengan kemampuan saya baik secara akademik maupun nonakademik.

Ibu.. maaf. Saya belum bisa membahagiakanmu sampai detik ini. Ayah.. maaf. Saya belum bisa membantu perekonomian keluarga. Apalah arti pekerjaan ajar-mengajar. Hasilnya pun tak cukup untuk membuktikan bahwa saya bisa memperkokoh keadaan finansial kita. Walau begitu, saya sangat bersyukur karena saya masih diberi pekerjaan oleh Allah dan diberi kesempatan untuk berbagi ilmu kepada mereka yang membutuhkan. Tapi, saya sudah memohon kepada Allah agar saya diijinkan dan diberi kesempatan untuk membahagiakan kalian hingga ajal memisahkan kita. Allah pasti mengabulkan, saya tahu pasti soal itu.

Saya takut karna saya sudah dua puluh dua tahun hidup di dunia ini. Entah berapa banyak waktu lagi yang diberikan Allah kepada saya untuk beramal di dunia.




-ayah dan ibu-