Saturday 13 October 2012

Somewhere only we know

He's not on my list, simpul Una dalam hati.

Itulah kesimpulannya setelah Una menghabiskan waktu bersama Darwin selama kurang lebih dua jam di Burger King, Pondok Kelapa. Terlalu cepat menyimpulkan? rasanya tidak. tapi menurut sahabat Una, Angra, dia terlalu cepat menyimpulkan setelah perbincangan ngalor ngidul dalam waktu dua jam tadi malam. Entahlah. Yang jelas, menurut Una, he's not on my list.

"Kenapa na? kenapa lo bisa bilang bahwa lo belum 'klik' sama dia?"

"Ang, mas Darwin itu masih egois. Egois sama dirinya sendiri. Apalagi, untuk seumuran dia, tapi sayangnya masih egois, Ang. Gimana mau berbagi waktu sama istri dan anaknya nanti? Rasanya gak mungkin lah gw bisa sama dia,"

"Una Khairunnisa, lo gak boleh menyimpulkan terlalu cepat kayak gini. waktu lo sama mas Darwin gak hanya tadi malam. Masih banyak waktu untuk saling mengenal. Masih banyak waktu untuk melihat mas Darwin berubah untuk menjadi tidak egois,"

Tapi rasanya tidak mungkin Darwin itu bisa jadi sosok kepala rumah tangga yang baik. Selain egois, dia masih suka nongkrong sana-sini. Padahal sosok yang dibutuhkan Una untuk menjadi seorang suami adalah tipikal family man dan imam yang baik. Meski Darwin itu tiga tahun lebih tua dari Una, tapi dia bukan family man yang Una idamkan.

Ya, sudah satu tahun tujuh bulan Una mengenal sosok Darwin Putranto sebagai rekan kerja di consumer loan department salah satu bank asing di Jakarta. Una pun sebenarnya capek untuk hangout setelah lembur empat jam bersama ibu Marinka, Darwin, dan pak Dhanu. Namun, entah mengapa Una menganggukan tanda setuju setelah Darwin meminta Una menemani dirinya pergi makan malam.



Oh simple thing where have you gone?
I'm getting old and I need something to rely on
So tell me when you're gonna let me in
I'm getting tired and I need somewhere to begin


Somewhere only we know - Keane