Friday, 20 August 2010

People who always be called with FRIENDS

From : thoughtquestions.com

I only have few friends who can be trusted and trust with me :)

Thursday, 5 August 2010

Si Fotografer yang Perlu Diasah

Saya sudah berniat untuk mengasah kemampuan fotografi saya saat berlibur ke dua pulau, yakni pulau Bali dan pulau Sumbawa. Sayangnya, foto-foto yang sukses hanya bisa dihitung dengan jari. Sementara, kebanyakan foto yang di-upload ke facebook adalah sebagian besar hasil jepretan adik yang lebih mahir ketimbang saya. Saya memang butuh ketekunan dan kesabaran yang lebih banyak untuk belajar fotografi. Beginilah hasilnya..


Saya ingin menghasilkan foto siluet, tapi kali ini gagal.





Niatnya, saya ingin mempraktekkan teknik freezing, tapi apa daya, kurang fokus dan kurang pakai perasaan atau hati saat memotret.



Ini satu-satunya yang berhasil

Mari belajar fotografi!

Namanya, Bima

Pernah dengar Bima? Hmm.. Mungkin kalian terlalu sering mendengar Bali, Lombok, Papua, Makassar, ya kan? Kalaupun ada sering mendengar, pastilah kalian tau pasti bahwa Bima merupakan salah satu kota yang terletak di Pulau Sumbawa pada Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Jauh? Hmm.. Cukup jauh, karena kalau kita terbang pakai pesawat, tentu harus transit di Bali, kemudian melanjutkan perjalanan selama satu jam untuk sampai di bandara Sultan Muhammad Salahuddin, kota Bima. Mari saya ajak kalian untuk mengenal sedikit lebih dalam mengenai kota Bima, bukan kabupaten Bima.

Letak Geografis Bima

Kota Bima terletak di bagian timur Pulau Sumbawa pada posisi 118°41'00"-118°48'00" Bujur Timur dan 8°20'00"-8°30'00" Lintang Selatan. Keterangan ini saya ambil dari wikipedia, lantaran saya tidak tahu persis letak geografis kampung halaman ayah ini. Ya, dikarenakan posisi kota Bima berada di bagian timur, alhasil batas-batas wilayah kota Bima adalah sebagai berikut:

1. Bagian utara, kota Bima berbatasan dengan Kecamatan Ambalawi dan Kabupaten Bima;

2. Bagian selatan, kota Bima berbatasan dengan Kecamatan Palibelo dan Kabupaten Bima;

3. Bagian barat, kota Bima berbatasan langsung dengan teluk Bima;

4. Bagian timur, kota Bima berbatasan dengan Kecamatan Wawo dan Kabupaten Bima.

Dilihat dari wilayah-wilayah yang membatasinya, kota Bima juga memiliki keuntungan lainnya, yakni posisinya berbatasan langsung dengan teluk Bima. Akibatnya, ia dikelilingi oleh laut dan pantai.

Penggunaan Bahasa Bima

"Bahasa Bima itu tidak bisa ditulis dan hanya bisa diungkapkan", begitulah penuturan ayah saya mengenai bahasa Bima. Kalaupun bahasa Bima ditulis, akan menghasilkan makna yang berbeda, atau biasa kita sebut dengan kesalahpahaman. Mengapa bisa terjadi seperti ini? Seperti saya pernah jelaskan pada blog saya (perihal materi-materi kuliah) bahwa bahasa merupakan hasil dari kesepakatan-kesepakatan manusia dalam bersosialiasi.

"Dilihat dari fungsinya, bahasa merupakan alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan (socially shared), karena bahasa hanya dapat dipahami apabila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Bahasa diungkapkan dengan kata-kata dan kata-kata tersebut sering diberi arti arbiter (semaunya)", kutipan ini diambil dari bukunya Deddy Mulyana yang berjudul Komunikasi AntarBudaya.

Artinya, wajar saja apabila bahasa Bima dituliskan, maka tak jarang menimbulkan kesalahpahaman makna, lantaran kebanyakan masyarakat Bima menggunakannya secara lisan. Misalnya saja, penulisan nama salah satu penganan khas Bima yang tepat, yakni Pangaha Punga, terkadang ada orang-orang yang menuliskannya menjadi Pangaha Bunga, sehingga maknanya pun akan berbeda. Oleh sebab itu, bahasa Bima lebih baik dan lebih sering diucapkan ketimbang dituliskan.

Uniknya, di dalam bahasa Bima, ada sebuah kosakata yang memiliki beraneka macam makna dan bisa digunakan pengucapannya dalam situasi yang berbeda-beda pula. Contohnya, Kalembo Ade, satu-satunya kosakata yang seringkali diucapkan oleh masyarakat Bima untuk berbagai macam makna. Salah dua makna dari Kalembo Ade ialah "sabar ya" dan "maaf saya tidak bisa membantu".

Penganan Khas Bima

Meskipun kota kecil, tetapi cita rasa kue-kue khas Bima tidak kalah lezatnya. Jikalau kalian mampir ke kota Bima, janganlah lupa untuk mencicipi penganan khas Bima, seperti Bingka Dolu (rasa gula merah dan pandan), Kahangga, Pangaha Punga, Buras, dan sebagainya.



Kue Buras (foto ini diambil oleh saya sendiri)


Kahangga (foto ini diambil oleh adik saya)



Pangaha Punga
(foto ini diambil oleh adik saya)



Bingka Dolu rasa pandan (foto ini diambil oleh adik saya)

Selain kue-kue kering dan basah, Bima juga terkenal akan madu asli dan bandeng presto khas Bima. Madunya tidak terlalu manis. Bandeng presto khas Bima juga tidak menggunakan sambal terasi. Karena, ada beberapa sambal khas Bima yang biasa dinikmati oleh masyarakat kota Bima, di antaranya adalah Sambal Doco Tomat dan Sambal Dungga. Rasa kedua sambal itu asam. Terlebih lagi, Sambal Doco Tomat yang terkadang menggunakan mangga muda di dalamnya. Hmm.. bisa dibayangkan betapa asamnya, bukan?



Bandeng presto khas Bima (foto ini diambil oleh saya sendiri)



Sambal Doco Tomat tanpa mangga (foto ini diambil oleh saya sendiri)


Tempat Wisata di Bima

Bima juga tidak kalah menariknya dengan Bali atau Lombok. Karena, Bima dikelilingi oleh laut dan memiliki banyak pantai yang masih perawan. Mengapa saya simpulkan pantai yang masih perawan? Sebab, beberapa pantai tersebut masih asli dengan air yang jenih dan pasir yang putih bersih serta belum adanya investor baik lokal maupun asing yang menyentuh pantai-pantai tersebut. Beberapa pantai yang masih perawan di Bima adalah pantai Kalaki, pantai Wera, pantai Sape, dan masih banyak lagi yang belum saya kunjungi.



Pasir Kalaki (foto ini diambil oleh adik saya)


Laut Kalaki (foto ini diambil oleh adik saya)


Pantai Sape (foto ini diambil sepupu saya, Tya, sewaktu ia berkunjung ke sana)


Buah Tangan dan Transportasi khas Bima

Jikalau kalian ingin membeli cinderamata khas Bima, kalian bisa membeli songket Bima yang bermotifkan bunga, geometri, dan didukung dengan sentuhan berbagai macam warna yang cantik. Walaupun songket Bima memiliki ragam motif yang sedikit, namun apabila kalian penggemar songket-songket dari berbagai daerah di Indonesia, tidak ada salahnya songket Bima dijadikan sebagai salah satu koleksi kalian.

Selain songket, terdapat pula mutiara sebagai salah satu budidaya yang diunggulkan dari Bima. Bima memang salah satu daerah penghasil mutiara terbaik di Indonesia. Namun, ketika kita hendak membeli mutiara dan songket Bima, ada baiknya kita ditemani warga asli Bima agar dapat mengetahui dan memilih kualitas yang baik dengan harga yang terjangkau.

Berbicara mengenai transportasi, Bima masih mengandalkan transportasi tradisionalnya, terutama benhur dan bemo. Pertama, bemo itu mirip angkot di Jakarta, tarifnya juga kurang lebih sama, dan hanya saja para supir bemo selalu mendendangkan musik dangdut keras-keras, jadi bersabarlah bagi kalian yang tidak biasa. Kedua, benhur merupakan transportasi sejenis andong, seperti di Jakarta. Ya, Benhur adalah kendaraan umum dengan menggunakan tenaga kuda dan masih digunakan oleh kebanyakan masyarakat Bima. Di Jakarta ada andong, di Jogja ada dokar, di Lombok ada cidomo, di Bima ada benhur, dan Indonesia memang kaya akan bahasa.

Akan tetapi, satu hal yang membuat hati saya sedih adalah semakin merajalelanya ojek sebagai salah satu transportasi masyarakat Bima. Di samping kelebihannya sebagai akomodasi yang tercepat dan murah, ojek dapat menjangkau jauh atau tidaknya baik kota Bima maupun kabupaten Bima. Jadi, wajar saja tingkat polusi udara di Bima semakin meningkat, oleh karena debu-debu yang tak terhindarkan.

Satu hal lagi yang perlu dicatat, janganlah kalian mencari Mall atau any other modern retail minimarkets, karena Bima masih sangat mengandalkan sisi tradisional mereka. Dan jangan mencari fast food restaurant, meskipun sayangnya, Bima kecolongan satu produk fast food yang mendirikan cabangnya di salah satu sudut kota Bima. Mudah-mudahan tidak akan ada lagi. Amin.

Jadi, tunggu apalagi? Silahkan berkunjung ke Bima dan ditunggu kedatangan kalian! :)

Tuesday, 3 August 2010

Dyane, Si Serba Salah

Dia seorang pengajar tidak tetap di sebuah universitas. Dia seorang berjenis kelamin perempuan yang akan bertambah umurnya di bulan Agustus ini. Perempuan yang hobinya membaca buku itu, entah apapun itu jenis bukunya, tidak cantik dan tidak pintar. Lebih tepatnya, menurut penuturan teman-temannya, dia biasa-biasa saja. Ya, biasanya orang memberikan level biasa-biasa saja dikarenakan tidak adanya sesuatu yang unik atau spesial pada sesuatu atau seseorang. So plain and flat, huh?

Namun, hidupnya tidak sedatar yang dibayangkan. Fluktuatif. Ibarat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tidak selalu stabil, melainkan naik turun atau fluktuatif. Perempuan ini senang sekali menggambarkan bahwa my life is flat, fluctuate yet. Sebut saja nama perempuan ini, Putri Dyane Rajnamitha. Dia lebih senang dipanggil Dyane, ketimbang Putri, alasannya nama panggilan Putri sudah terlalu jamak dan terlalu pasaran.

Seperti yang telah diceritakan sepenggal di atas tadi, hidup Dyane fluktuatif. Hidupnya fluktuatif sejak dia tahu bahwa dirinya bukan anak sembarang orang biasa. Dia sadar bahwa dia berasal dan dilahirkan dari orang bukan biasa, tetapi orang yang terlalu spesial. Dia sadar bahwa dirinya adalah putri seorang politikus senior di negeri yang tengah berkembang ini. Lucunya, hal ini baru ia sadari ketika dirinya menginjakkan kakinya di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Artinya, dia betul-betul sadar seberapa penting peranan ayahnya di negeri ini dan seberapa besar cobaan yang akan ia hadapi selama ia masih hidup.

Sebenarnya Dyane sendiri tidak terlalu suka bahwa ia seorang putri politikus. Oke, bukan bermaksud tidak bersyukur, akan tetapi kenyataan ini terkadang menambah beban yang ada di punggung Dyane. Mau tidak mau, Dyane harus menerima kenyataan pahit ini. Mengapa Dyane mengatakan bahwa hal tersebut adalah kenyataan pahit? Hal ini lantaran ia harus siap menjadi contoh yang baik dan membawa nama baik ayah ibunya di lingkungan masyarakat.



Dyane feels her life look like the waves in the sea

Sebagai putri tertua di keluarganya dan putri politikus, ia sadar betul bahwa ia harus memberikan contoh yang baik kepada adiknya khususnya, dan kepada lingkungan masyarakat umumnya. Tak jarang, selama hidupnya, ia melakukan kesalahan sebagaimana yang dilakukan oleh para remaja lainnya. Tak jarang pula, Dyane dihadapkan pada berbagai terpaan masalah, dan masalah-masalah tersebut tentunya berkaitan dengan posisinya sebagai putri sang politikus.

Terpaan masalah-masalah yang datang beraneka macam bentuk dan sifatnya. Misalnya saja, masalah beberapa teman yang secara gamblang iri dengan kehidupan Dyane. Ya, Alhamdulillah, kehidupan Dyane lebih dari cukup baik secara materiil maupun nonmateriil. Secara nonmateriil, Dyane sangat bersyukur, sebab ia berasal dari dua kultur yang berbeda, yakni Sunda dan Bima. Ditambah lagi bahwa masing-masing kakek dari ayah dan ibunya juga merupakan tokoh masyarakat pada eranya dan pada bidangnya tersendiri. Dyane hanya bisa mengucapkan syukur Alhamdulillah atas nikmat-Nya lantaran dilahirkan dari dua keluarga besar terpandang di daerahnya masing-masing .

Akibatnya, Dyane terkadang merasa serba salah, jikalau ia mengundang teman-temannya untuk berkunjung ke rumahnya atau bahkan menginap di kampung halamannya. Dyane terkadang bingung, mengapa ada beberapa temannya yang iri kepadanya. Padahal, perempuan polos ini tidak punya apa-apa, selain keluarga. Berbicara tentang keluarga, Dyane tidak pernah lupa atas pesan moral yang ia dapatkan dari sebuah sinetron, Keluarga Cemara, yang selalu berprinsip bahwa keluarga adalah harta yang paling terindah melebihi emas atau berlian sekalipun.

Jeleknya Dyane, ia teramat polos. Saking polosnya, terkadang ia tidak bisa membedakan mana teman yang benar-benar tulus dan mana teman yang hanya memanfaatkan dirinya untuk kepentingan tertentu. Sehingga, dalam hal kisah asmara, Dyane selalu gagal menemukan lelaki yang baik dan tulus kepada dirinya. Maka dari itu, Dyane pun berjanji untuk tidak gegabah mencari atau dicarikan lelaki, karena menurutnya hal itu menjadi prioritas paling terakhir di dalam hidupnya.

Terkadang Dyane juga bertanya dalam hati, 'apa yang dicemburui oleh beberapa temanku dari diriku? toh, aku tidak punya apa-apa, sementara kehidupan beberapa temanku itu jauh lebih baik dibandingkan diriku'.

Dyane juga selalu berbicara pada dirinya, 'mengapa orang-orang itu harus iri? bukankah Tuhan sudah menciptakan garis hidup pada masing-masing manusia secara adil? Ah, tidak adil rasanya memiliki musuh, karena aku tidak suka'.

Atau pada situasi lain, ketika neneknya memberikan buah tangan berupa penganan khas daerah asal ibunya, dan parahnya sang nenek, entah lupa atau kehabisan stok, tidak membagikan penganan tersebut kepada sepupu-sepupunya Dyane. Dengan kata lain, hanya ia dan adik perempuan satu-satunya, Canista, yang mendapat penganan khas tersebut. Lebih parahnya lagi, ketika para sepupu dan uwaknya mengetahui keberadaan oleh-oleh spesial untuk Dyane serta Canista, mereka pun (para sepupu dan uwaknya) langsung merujuk, membujuk, dan tentu saja protes pada sang nenek. Dyane pun menjadi serba salah dalam keadaan seperti itu, apalagi ketika para sepupunya dan uwaknya iri dengan perlakuan khusus sang nenek terhadap dirinya. Malang benar nasib kau, Dyane, selalu dicemburui oleh orang-orang.

Tidak hanya dicemburui oleh beberapa temannya dan beberapa sanak saudaranya, tetapi juga dengan beberapa orang di luar sana yang tidak suka dengan keharmonisan rumah tangga ayah ibunya, atau bahkan saingan sang ayah di dunia politikus. Tidak jarang keluarga Dyane mendapat hibah yang tidak menyenangkan, yakni teror. Siapa yang suka teror? Pasti, tidak ada satu pun yang suka teror di dunia ini. Sang ayah seringkali kecolongan teror, mulai dari pesan singkat melalui telepon genggam sampai dengan kebocoran ban mobil yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang. Atau misalnya saja, ada orang yang ingin menjatuhkan karir ayahandanya dengan menyebarkan sisi-sisi negatifnya kepada masyarakat. Kalau sudah begini, Dyane tak jarang berpikir, 'aku lebih baik jadi masyarakat biasa dan bukan siapa-siapa, maaf Tuhan kalau aku tidak bersyukur'.

Begitulah kisah hidup Dyane yang teramat simple, tetapi fluktuatif dan selalu serba salah. Jadi, apa yang perlu dicemburui dari kehidupan Dyane?