Mencari seseorang seperti Mbak Asih tidaklah mudah. Singkat cerita setelah berganti-ganti asisten rumah tangga, kami sekeluarga dipertemukan dengan Mbak Asih. Mbak Asih pun mulai bekerja di rumah gue saat gw berumur 8 tahun. Awalnya dia bekerja bersama kakaknya, Mbak Ul, di rumah gue. Namun, karena mbak Ul harus menikah, jadilah mbak Asih kemudian membawa adiknya, Mbak Mul bekerja. Artinya, sejak gue berumur 8 tahun hingga gw sudah mencapai seperempat abad, Mbak Asih tetap dengan setianya bekerja di rumah gue. Bagi kami, mbak Asih is too precious for us. Dia bekerja melebihi kapasitasnya sebagai asisten rumah tangga. Melebihi kapasitas di sini maksudnya adalah she also plays role as a sister and a 'mother' for me and my sister at home for years.
Mbak Asih (kiri) dan Mbak Mul (kanan)
Ketika nyokap bokap gue belum pulang kantor atau harus bertugas ke luar kota bahkan ke luar negeri selama berhari-hari, Mbak Asih lah yang senantiasa berperan sebagai kakak kami, 'ibu kedua' kami (this doesn't mean I ignore my mom as the real mother), dan sahabat kami. Selain mengerjakan pekerjaan rumah, Mbak Asih dengan sigapnya membantu kami belajar, mendengarkan curhatan kami, memberikan kami nasihat, dan tak pernah henti-hentinya mengingatkan kami untuk shalat agar selalu ingat kepada Allah SWT. This been running for a dozen years. Hati kami pun terpaut satu sama lain. Mbak Asih selalu ada untuk kami, begitupun sebaliknya. Kami selalu ada untuk memberikan hiburan dan menyenangkan hati bagi Mbak Asih mulai dari hal-hal kecil seperti menonton DVD bareng di rumah, pergi ke bioskop bareng, dan liburan ke luar kota bersama. Terlalu begitu banyak kenangan bersama Mbak Asih dan kami sekeluarga tahu that she has a big heart for us and we also have a big heart for her. Because of this, rasanya terlalu berat jikalau kami ditinggal Mbak Asih untuk menikah dan tidak bekerja lagi di rumah kami.
Ya, hari ini pun tiba. Hari di mana kami harus ikhlas melepaskan Mbak Asih yang sudah memutuskan akan menikah dalam waktu dekat dan tidak lagi kembali ke rumah kami. Kami tahu bahwa kami harus siap dengan situasi ini. Namun, pada kenyataannya kami harus menerima bahwa Mbak Asih terlalu berharga untuk kami lepaskan. Mbak Asih selalu punya cinta dan kasih sayang untuk kami. Kami sekeluarga pun punya cinta dan kasih sayang untuk Mbak Asih. As I ever told you on my previous post, Again, I hate being left by someone (who close to my life)
"Ya Allah, hamba mohon berikanlah kebahagiaan sebanyak-banyaknya kepada Mbak Asih sekeluarga dan keluarga barunya kelak. Ya Allah, hamba mohon berikanlah kasih-Mu dan cinta-Mu kepada Mbak Asih melebihi apa yang bisa kami berikan kepadanya selama bertahun-tahun. Ya Allah, hamba mohon lindungilah Mbak Asih selalu dalam setiap langkahnya, amin". - doa kakak.
Mbak Asih, kakak berterima kasih sama Mbak untuk segalanya yang mbak berikan kepada kakak dan adek. Thanks for the love, thanks for the laughs, thanks for the cry, thanks for the advise, thanks for the thoughts, thanks for the shoulder. Mbak Asih, you're one of the best people who colors my life. I love you, I still love you, I've been loving you, and I'm gonna miss you so much.
With a huge love from my heart,
Kakak.
No comments:
Post a Comment